Alasan Kenapa Orang Orang Suka Mengunjungi Jepang


 5 Alasan Mengapa Jepang Begitu Mengagumkan dan Anda Harus Melihatnya Sendiri!

        Mungkin ada ratusan alasan mengapa Anda harus memasukkan Jepang ke dalam daftar tujuan wisata Anda. Menjadi salah satu negara paling maju (dalam hal teknologi) di dunia, Jepang juga menawarkan pemandangan kunonya kepada wisatawan, khususnya situs-situs keagamaan mereka. Baiklah, tidak perlu berlama-lama lagi, mari kita lihat 20 alasan mengapa Anda harus mengunjungi Jepang... setidaknya, ini adalah alasan yang membawa saya ke Jepang.

    1.Kereta Peluru Berkecepatan Tinggi



     Saya sangat yakin bahwa saya bukanlah satu-satunya orang yang pergi ke Jepang karena ingin melihat dan naik shinkansen. Shinkansen Jepang memiliki kecepatan tertinggi 275 mph, dan berada di peringkat ketiga di antara kereta tercepat di dunia.

    2. Matsuri: Festival

Ilustrasi Matsuri (sumber: tokyocheapo)

Matsuri adalah semacam festival budaya di Jepang yang diselenggarakannya saat summer  atau musim panas. Matsuri ini berhubungan dengan festival dari kuil, yakni kuil Buddha dan kuil Shinto. Sebenarnya, Matsuri sendiri adalah acara untuk berdoa dan bersembahyang. Hanya saja itu tak memfokuskan pada para wisatawan yang datang. Hal itu karena banyak pula pengunjung atau wisatawan yang datang sekadar untuk melihat festival budaya Matsuri ini.

Matsuri sendiri berasal dari kata matsuru yang artinya menyembah atau memuja. Matsuri berarti penyembahan atau pemujaan pada Kami. Dalam ajaran agama Shinto, terdapat empat unsur dalam matsuri, yaitu harai atau penyucian, persembahan, norito atau pembacaan do’a, dan pesta makan.

Sementara apabila dilihat dari pengertian sekularisme, Matsuri berarti hari libur perayaan atau festival.

Matsuri ini berawal dari pembacaan do’a yang dilakukan pendeta Shinto, baik untuk individu maupun sekelompok orang yang dilaksanakan di tempat yang tak tertampak oleh orang lain.

Adapun maksud dan tujuan diadakannya Matsuri ini adalah sebagai bentuk doa atas keberhasilan panen, suksesnya bisnis, sembuh dari penyakit, dan sebagainya. Tak hanya itu, Matsuri sendiri juga diselenggarakan sebagai bentuk perayaan tradisi yang berkaitan dengan peralihan musim atau mendoakan arwah dari para figur terkenal.

Matsuri sendiri diadakan di berbagai tempat di Jepang. Meskipun lazimnya Matsuri dilaksanakan di kuil, ada pula yang menyelenggarakan Matsuri di gereja dan atau dilaksanakannya dengan tidak mengaitkan sisi keagamaan.

    3. Geisha: Seniman-Penghibur Tradisional            Jepang

Ilustrasi Geisha

Geisha adalah salah satu dari sekian banyaknya budaya Jepang yang cukup terkenal. Terkadang, bagi sebagian orang yang masih awam terhadap Geisha, akan menganggap Geisha sebagai sosok “makhluk misterius” dan menjadi salah satu budaya, sekaligus profesi tradisional Jepang yang kerap disalahartikan.

Dalam bahasa Jepang sendiri, Geisha bermakna “orang seni” atau orang yang memiliki keterampilan dalam seni tradisional Jepang, seperti menari, menyanyi, musik, ataupun upacara minum teh. Dengan kata lain, Geisha adalah aktivis seni penghibur tradisional di negara Jepang.

Memang, awalnya pria lah yang memerankan Geisha ini, tetapi beberapa pria yang menekuni budaya tradisional ini cenderung menurun, hingga akhirnya para wanita yang segera menggantikan peran mereka.

Geisha sudah ada sejak abad 18-an dan 19-an, serta masih sangat terkenal sampai saat ini. Sayangnya, di zaman sekarang, kebudayaan Jepang yang satu ini cenderung menurun meskipun masih ada beberapa di antara orang Jepang yang tetap mempertahankan Geisha.

Adapun sebutan lain untuk Geisha, yakni Maiko dan Geiko. Istilah tersebut mulai ada dan diterapkan di zaman Restorasi Meiji. Istilah Maiko hanya diterapkan di tempat Kyoto, sementara istilah Geiko hanyalah sebutan lain saja. Hal itu karena Maiko lah yang menjadi sebutan untuk Geisha pemula.

Lazimnya, budaya tradisional Jepang ini (geisha) memang sudah diajarkan dan dilatih sejak usia muda. Tak hanya itu, rumah geisha juga rata-rata akan membawa gadis dari keluarga tidak mampu atau miskin untuk menetap dan berlatih di sana. Rumah-rumah Geisha itu disebut Okiya.

4. Kimono: Pakaian Tradisional Jepang

Ilustrasi Kimono

Budaya Jepang yang terkenal selanjutnya, yakni Kimono. Tentunya kalian tidak asing lagi mendengar istilah ini. Kimono adalah salah satu pakaian tradisional dari negara Jepang yang sudah terkenal hingga ke kancah Internasional. Kimono yang terdiri dari ‘ki’ artinya pakai dan ‘mono’ berarti barang atau benda.

Mulanya, Kimono adalah pakaian yang dipakai dari kalangan bangsawan saja, yakni sekitar tahun 794-1185 atau dalam sejarang Jepangnya diketahui sebagai periode Heian. 

Kemudian, seiring berkembangnya zaman, pakaian Kimono ini semakin familiar dan popular di kalangan masyarakat, bahkan sering pula dipakai oleh aktor kabuki saat melakukan pentas dan Geisha.

Akan tetapi, di tahun 1683, terjadilah pelanggaran dalam mengenakan pakaian Kimono, terlebih yang mahal dan mencolok. Hingga akhirnya, Kimono kembali muncul pada abad ke-19 saat Jepang sudah mulai mengembangkan diri akan dunia modern.

Pakaian Kimono sendiri pun berbeda-beda, tergantung dari perayaan yang diselenggarakan atau dilaksanakan. Seperti halnya, Kimono yang dikenakan oleh wanita lajang akan berbeda dengan Kimono yang dipakai oleh wanita yang sudah menikah. Berikut akan dijelaskan sedikit mengenai jenis-jenis Kimono berdasarkan perayaannya.

  • Mofuku merupakan Kimono dengan warna serba hitam yang digunakan oleh wanita dan pria saat upacara berkabung atau berduka cita.
  • Tomesode adalah bentuk Kimono yang sangat formal. Kimono Tomesode memiliki motif berwarna emas dan perak, digunakan oleh wanita Jepang yang sudah menikah. Umumnya, Kimono Tomesode dipakai untuk menghadiri acara pernikahan.
  • Iromuji adalah Kimono yang tak memiliki pola dan terdiri dari satu warna saja. Kimono Iromuji dapat dikenakan oleh semua wanita, baik yang lajang maupun sudah menikah.
  • Susohiki atau Hikizuri adalah kimono khusus yang dikenakan oleh Geisha atau para penari Jepang. Adapun perbedaan Kimono ini apabila dibandingkan dengan Kimono biasanya, yakni terletak pada bentuknya. Bentuk Kimono Susohiki atau Hikizuri cenderung lebih panjang hingga menyapu lantai.
  • Furisode merupakan Kimono formal untuk wanita yang belum menikah alias masih lajang. Lazimnya dikenakan dalam acara khusus, termasuk upacara kedewasaan, upacara minum teh (Sadou), dan atau menghadiri acara pernikahan.
  • Komon adalah Kimono yang dibuat dari sutra serta memiliki motif yang hampir menutupi seluruh Kimononya. Umumnya, Kimono Komon dipakai saat acara informal atau casual.

5. Tako: Layang-Layang Jepang

Ilustrasi Tako (sumber: bobo.grid)

Budaya Jepang berikutnya ialah Tako. Tako memiliki arti, yakni layang-layang, sementara takoage artinya layang-layang terbang. Di negara Jepang, menerbangkan layang-layang menjadi salah satu kegiatan atau aktivitas favorit keluarga Jepang yang dilaksanakan tiap tahun baru.

Meskipun kegiatan Tako ini tidak terlalu familiar di seluruh dunia, akan tetapi hal ini sangatlah terkenal di negara Jepang. Selain di tahun baru, layang-layang dapat dijumpai saat festival budaya.

Pada dasarnya, layang-layang di Jepang memang kebanyakan terbuat dari kertas washi dengan kerangka bambu atau kayu cemara, dan tinta hitam atau sumi, serta menggunakan cat pewarna alami dengan warna cerah. Adapun kerangka bambu atau kayu cemara itu disebut sebagai tulang, sedangkan penutup kertas washi disebut sebagai kulit.

Masyarakat Jepang menganggap bahwa Tako bukanlah sekadar layang-layang, melainkan sebuah karya seni dan budaya bernilai tinggi yang sepatutnya dilestarikan.

Bahkan, pemerintah Jepang memberikan subsidi juga tunjangan pada para seniman layang-layang yang kemudian hasil karya seninya tersebut dipajang dan diabadikan di sebuah museum, yakni Museum Tako no Hakubutsukan, tepatnya di Tokyo.

Di museum tersebut sudah terdapat kurang lebih 3.500 koleksi layang-layang dari Jepang dan mancanegara, baik berbentuk dua dimensi maupun tiga dimensi.

Tako biasanya diterbangkan saat Hamamatsu Matsuri, tahun baru, dan hari libur umum. Adapula di Honen Matsuri atau Festival Panen, Tako diterbangkan dengan batang padi yang terikat sebagai bentuk rasa terima kasih atas panen yang baik.

Festival layang-layang terbesar di Jepang terdapat di Hamamatsu yang letaknya di Prefektur Shizuoka yang dirayakan dari tanggal 3 sampai 5 Mei di tiap tahunnya. Pelaksanaan festival tersebut sebagai bentuk perayaan bayi yang baru lahir di kota tersebut dan berdoa bagi kesehatan dan masa depan sang bayi-bayi di Hamamatsu. Adapun kebiasaan ini dikenal dengan sebutan Hatsudako. 

Tak sama dengan festival lain, Festival Hamamatsu tak berkaitan dengan kegiatan religi atau keagamaan karena lazimnya festival ini dilaksanakan di pinggiran pantai. Festival layang-layang di Hamamatsu yang dilaksanakan tiap tahunnya ini, dikenal dengan sebutan Takoage-Gassen.

__________________________________________________________________________________

tulah informasi seputar beberapa Budaya Jepang yang Terkenal yang mana budaya tersebut sudah dijalani oleh masyarakatnya secara turun temurun. Apabila Grameds tertarik dan ingin memperluas pengetahuan terkait negeri Sakura ini, entah dari segi bahasa, budaya, dan lainnya, tentu kalian bisa temukan, beli, dan baca bukunya di Gramedia.com dan Gramedia Digital karena Gramedia senantiasa menjadi #SahabatTanpaBatas bagi kalian yang ingin menimba ilmu.

Semoga artikel ini bisa menambah wawasan kalian semua!

cr:granmedia.com

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.